Di Malang ada sebuah kampung yang penduduknya mempunyai pekerjaan sebagai pembuat cobek, yakni sebuah piring dari batu atau tanah untuk menggiling cabai dan sebagainya yang kebanyakan dibuat sambal atau bumbu masakan.
Desa tersebut ada di Toyomarto Singosari atau tepatnya di Dusun Petung Wulung. Jika Anda berkunjung ke sana, dari jarak jauh sudah terdengar dentuman benda tajam membelah batu-batu kali.
Dari jalanan kampung tersebut banyak dijumpai tumpukan-tumpukan batu yang nantinya akan digunakan membuat Cobek. Bahkan diklaim jika di daerah Malang, satu-satunya tempat yang membuat cobek asli dari batu yaitu di Dusunnya, Dusun Petung Wulung.
Produksi ini merupakan cobek asli berbahan batu dari jenis batu pasir tanpa menggunakan campuran semen. Meskipun hampir sama, Namun yang membedakan adalah ketahanannya. Cobek semen pasir jika digunakan terus menerus selama beberapa bulan permukaan cobek akan menjadi halus dan licin sehingga akan sulit digunakan lagi. Sedangkan cobek dari batu lebih awet meskipun digunakan terus menerus.
Salah satu pengrajin cobek yakni Sutrisno dari RT 6 RW 2 menyatakan jika dirinya mewarisi keahlian dari keluarganya, dalam sehari dia mampu membuat 6-8 cobek. Untuk bahan baku, banyak warga kampung tersebut yang membelinya dari penggali pasir dengan harga Rp300.000 per mobil pick-up.
Membuat cobek dari batu memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan cobek semen. Diawali dengan memecahkan batu pasir menjadi beberapa bagian yang diinginkan. Kemudian dibentuk seperti piring dan dihaluskan dengan mesin penghalus yang mirip digunakan pengrajin batu akik.
Harganya pun tergolong murah, biasanya satu cobek berukuran 20 cm dihargai 15.000 hingga 25.000. Sedangkan yang berukuran 15 cm berharga 12.000-20.000, untuk uleg-nya dijual 5000 perbiji.
Siapa sangka, cobek dari Singosari ini begitu disukai di seluruh Indonesia, karena selain dari Jawa sendiri, ada pembeli dari Kalimantan, Nusa Tenggara Bali dan lain sebagainya.