Ragam Kesenian Tradisional di Malang

Warung Kopi, Tempat Kongkow Hits Recommended di Malang
March 21, 2019
Pesona Wisata Kota Batu yang Wajib Dikunjungi
March 24, 2019

Ragam Kesenian Tradisional di Malang

 

Malang tak hanya terkenal sebagai Kota Pelajar, tetapi juga karena kesenian tradisionalnya yang sudah terkenal hingga mancanegara. Festival tahunan Malang Kembali selalu diselenggarakan setiap tahunnya. Tak hanya menyediakan berbagai macam kuliner khas kota Malang tempo dulu, tetapi juga pagelaran kesenian tradisional Malang. Berikut adalah bentuk-bentuk kesenian tradisional Malang berdasarkan buku “Malang: Telusuri dengan hati” karya Dwi Cahyono.

1. Batik Malang


Batik adalah salah satu bentuk ekspresi kedaerahan yang melambangkan identitas dan kewibawaan Kota Malang. Batik di daerah Malang memiliki banyak karakter tergantung pada dari mana batik itu berasal. Salah satu batik Malang yang telah digunakan dalam upacara adat sejak sebelum tahun 1900-an adalah batik bermotif Sido Mukti Malang. Batik Sido Mukti Malang memiliki motif kotak putih di bagian tengah, yang disebut Modhang Koro. Adapun motif batik lainnya antara lain: Sawat Kembang Pring (motif bambu Jawa sakbarong), Dele Kecer (hijau-merah), Kembang kopi (gambar kopi dibelah dua berwarna hitam), dan lainnya.

2. Ludruk Malang


Ludruk Malang terlahir dari perjuangan masyarakat selama masa penjajahan. Oleh karena itu, lakon, cerita, maupun latar belakang tempat dan waktu selalu merujuk pada kehidupan sehari-hari saat masa perjuangan. Kesenian ludruk mulai tumbuh di Malang sejak tahun 1930, saat kelompok ludruk pertama bernama ludruk “Ojo Dumeh” dibentuk oleh Abdul Madjid. Setelah itu ludruk-ludruk lain mulai bermunculan di Kota Malang. Namun saat ini, hanya tersisa sedikit saja kelompok ludruk yang masih aktif di kota Malang. Hal ini dikarenakan banyaknya pemain ludruk yang beralih profesi, tempat pementasan yang minim, serta kurangnya perhatian dari banyak pihak untuk melestarikan budaya ludruk ini. Tetapi jangan khawatir, kesenian ludruk Malangan ini masih bisa disaksikan di Festival Malang Kembali 2012.

3. Topeng Malang


Banyak orang yang telah mengenal topeng Malang sebagai perwakilan budaya Kota Malang, Topeng Malang merupakan penutup wajah yang digunakan dalam pertunjukan wayang topeng yang memberikan makna jasmani atau badan yang tampak. Selain itu, topeng Malang juga digunakan dalam pagelaran Tari Topeng. Wayang Topeng Malang memiliki ciri khas dalam hal kesenirupaan, tata busana, iringan musik gamelan, dan ragam cerita yang dimainkan. Cerita topeng Malangan yang banyak digunakan bersumber pada ragam sastra lisan cerita Panji yang ruang waktu dan suasananya mengacu pada peristiwa sejarah jaman Singasari, Kediri, Daha, dan Tanah Sabrang pada masa pemerintahan Prabu Airlangga.

Tari Topeng Malang mulai muncul pada tahun 1898 dengan dua dalang pertamanya, yaitu Mbah Reni dan Mbah Gurawan. Sementara itu, pembuat topeng Malang yang terkenal hingga saat ini adalah Mbah Karimun yang berasal dari Pakis Saji, Kabupaten Malang.
Beberapa ragam hias topeng Malang antara lain ragam hias Urna (pada bagian kening), Dahi (yang menunjukkan kebangsawanan berupa bunga melati, kantil, atau teratai), dan Jamang (tutup kepala). Warna pada topeng Malang sendiri memiliki arti, yaitu putih yang melambangkan jujur, suci, dan berbudi luhur. Warna kuning yang melambangkan kemuliaan, warna hijau yang melambangkan watak ksatria, dan warna merah yang melambangkan raksasa dan angkara murka.

Jangan lupa membawa berbagai macam souvenir topeng Malang yang bisa didapatkan di berbagai stan galeri seni yang terdapat di sepanjang Jalan Besar Ijen, selama Festival Malang Kembali berlangsung.

4. Topeng Monyet


Atraksi wisata topeng monyet tentu sering Anda jumpai di berbagai daerah. Namun, atraksi topeng monyet yang selalu digelar pada hari Minggu dan hari libur pagi sampai siang hari ini sangat sederhana dan hanya bisa ditemui di Kota Malang. Peralatan yang digunakan hanya sebuah genderang kecil untuk mengiringi setiap atraksi yang ditampilkan monyet. Para penonton juga tidak ditarik bayaran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *